Thursday, 18th April 2013
Assalamu'alaikum wr.wb.
Dulu waktu kita
kecil, kayaknya jarang merasakan bingung
saat menentukan pilihan. Sekarang saat mulai besar dan dewasa, semakin
sering merasakan bingung saat menentukan pilihan. Roda kehidupan terus berputar
dan tidak bisa menunggu lama saat kita berada pada masa “bingung” itu.
Semakin dewasa
usia kita, (seharusnya) semakin dekat pula kita dengan Sang Pencipta. Karena
hanya dengan bantuan-Nya kita dapat menjalani roda kehidupan ini.
Setelah lulus
kuliah, hal yang paling pengen dilakukan adalah membahagiakan mereka. Entah itu
dengan bekerja, menikah, atau hal lainnya. Masalah kembali muncul saat
keinginan kita tidak sejalan dengan keinginan orangtua. Setiap orang memiliki
cerita masing-masing tentang tema ini. Untuk kali ini aku lebih dominan mengambil
tema nomer 2 (menikah). Beberapa hari kemarin, dapet curhatan dari seorang
sahabat, maaf ya aku tulis disini. Terimakasih banyak buat inspirasinya.
Masih banyak
anggapan kalau kuantitas pacaran itu berbanding lurus dengan kualitas pacaran. Awalnya
aku setuju dengan anggapan itu, tetapi sekarang aku tahu kalau untuk hal yang tidak
pasti, rumus matematika tidak berlaku. Kualitas masa pacaran ditentukan dari
komitmen dan tanggungjawab dari masing-masing pihak #IMO.
Buat perempuan
seusia aku (23-24 th) masalah menikah udah mulai (banyak) dipertanyakan.
Harus mulai membiasakan diri dengan pertanyaan itu, apalagi saat menghadiri
acara walimahan. Masih ada orangtua yang menganut paham “Siti Nurbaya”,
menjodohkan anaknya dengan pilihan mereka. Buat aku ini sih fine-fine aja,
selama alasan orangtua masih bisa diterima. Menurutku, orangtua itu lebih tahu
tentang hidup dan orangtua pasti menginginkan yang terbaik bagi anak-anaknya. Selagi
kita bisa membahagiakan orangtua, DO IT!!! Sebelum kita menyesal.
Untuk hal yang tadi,
kita harus mulai membiasakan diri berteman baik dengan si “ikhlas”. Semakin
bertambah umur kita, “ikhlas” mulai banyak kita pergunakan. Ada saat dimana “ikhlas”
harus kita pergunakan secara terpaksa, tapi insyaallah apabila si “ikhlas” ini
muncul, damai akan kita rasakan. Dan ada saat dimana kita harus menyampingkan
ego kita demi membahagiakan orang yang kita sayang.
Saat membaca,
mungkin bisa mengatakan mudah, tapi saat melakukan, jalan yang dilalui tidak
semulus yang dikira, hehehe. Tapi insyaallah, kita pasti bisa! Yah mungkin efek
dari roda kehidupan aku jadi bisa ngomong gini…
Semangat cemanku
tersayang, kita pasti bisa melalui semuanya. Ikhlas dan nawaitu karena ingin
membahagiakan orangtua, insyaallah Allah selalu melindungi dan meridhai semua
jalan kamu.
_nyoet’s
Komentar
Posting Komentar