Wednesday, 23 Jumadil Akhir 1438H
#wedontcelebratebirthday
Bukan,
kami bukan ekstrim, bukan pula islam aliran atau apalah itu sebutan lainnya.
‘Barangsiapa
menyerupai suatu kaum maka ia termasuk bagian dari mereka” (HR Abu Dawud, hasan)
Di
dalam Islam tidak ada perayaan hari lahir.
Kami
hanya mengikuti apa yang Rosul ajarkan, as simpel as that.
“ah kolot sekali, kan cuma
ngucapin, malah mendoakan biar panjang umur.”
Dulu
saya juga pernah berada di fase tersebut, penolakan dengan berbagai alasan.
Sebenarnya
umur kita berkurang loh, kok dikasih selamat, didoakan tidak hanya setaun
sekali, dan bukankah doa terbaik itu adalah doa yang didoakan diam-diam?hehehe.
Entah
bagaimana ceritanya, seperti mendapat hidayah dari Allah, alhamdulillah beberapa
tahun ini kami (read : saya dan beberapa teman) tidak mengistimewakan hari lahir.
Padahal
jaman dulu saya tipe orang yang paling ingat ulangtahun teman-teman &
keluarga, sempat mengalami kegalauan tingkat maksimal, “duh gimana ya, g enak kalo g ngucapin, dikira g perhatian, dikira g
ingat.” dan kegalauan lainnya.
Dan
entah bagaimana (lagi), rasa itu perlahan menghilang, bismillah, cukup Allah
yang tahu semua niatan kita.
Dalam
lingkup keluarga dan sahabat, masih banyak yang tidak setuju dengan saya, tidak
masalah.
Semuanya harus dari hati, agar tidak ada penolakan untuk menerima segalanya dengan ikhlas.
Semuanya harus dari hati, agar tidak ada penolakan untuk menerima segalanya dengan ikhlas.
InsyaAllah
Allah selalu memberi kemudahan bagi hamba-Nya yang sedang berusaha menaati aturan-Nya...
Dear
keluarga dan sahabat tersayang, i love you because Allah.
#tidakmengucapkanbukanberatitidaksayangkan?
Kami
masih jauh dari kata “baik”.
Kami
(saya khususnya) yang sudah berumur seperempat abad (lebih) tapi baru mengenal apa
itu Islam yang sebenarnya.
Semakin
belajar, semakin tahu, semakin merasa kami tidak tahu apa-apa, semakin besar
penolakan di diri saya.
Saya
masih suka musik, saya masih suka memajang foto menyerupai makhluk hidup, saya
masih suka merasa ujub, dan masih banyak hal yang belum sesuai sunah Rasul...
“Islam muncul dalam keadaan
asing dan akan kembali dalam keadaan asing, maka beruntunglah orang-orang yang
asing”
Dulu
sewaktu mendengar cerita tentang orang yang bercadar, celana no isbal, dll saya
menanggapinya dengan skeptis.
Sekarang,
saya merasa malu, mereka benar-benar cinta Allah dan Rasul, mengamalkan perintah
Allah dan sunah Rasul.
Tidak seperti saya yang hanya mengaku-aku cinta Allah dan Rasul tapi masih saja melakukan yang bukan ajaran Rasul.
Tidak seperti saya yang hanya mengaku-aku cinta Allah dan Rasul tapi masih saja melakukan yang bukan ajaran Rasul.
Hadis
di atas memang benar, semakin kita mengenal Islam, kita akan menjadi semakin
terasing dengan keadaan yang sekarang.
Perlahan-lahan
belajar, semoga semakin istiqamah...
“Barangsiapa
menimbulkan sesuatu yang baru dalam urusan (agama) kita yang bukan dari
ajarannya maka tertolak (HR. Bukhari)”
Suatu
ibadah tidak akan diterima kecuali dengan 2 syarat :
1.
Menjadikannya
ikhlas semata-mata karena Allah Ta’ala
2.
Hendaknya
ia sesuai dengan apa yang diajarkan Rasullullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam
(http://iqra-awedani.blogspot.co.id/2009/11/ibadah-yang-tidak-dicontohkan.html)
Point terakhir yang menjadi pedoman saya saat ini, beribadah bukan sekedar kuantitas ibadah itu sendiri, tetapi kualitas.
Apakah ibadah itu dilaksanakan oleh Rasul?
Kalau Rasul tidak melakukan, jangan sekali-kali kita melaksanakan, karena itu bid'ah.
Kita hanya melakukan hal yang mubah.
(yang masih jadi PR untuk saya, mencari sumber yang dipercaya, apakah tuntunan itu berasal dari hadist yang shahih / gharar)
*maafkan apabila ada salah
tulis, wallahu 'alam bissawab
karena kesempurnaan hanya milik Allah
karena kesempurnaan hanya milik Allah
_nyoet'z
Komentar
Posting Komentar